Minggu, 08 April 2012

Pohon Srikaya ku

Pagi- pagi benar banyak bapak- bapak berdiri berkerumunan di depan rumahku. Dan aku lihat ada truk pengangkut pasir di halaman rumah tetangga. Bapak- bapak itu membawa cangkul, linggis, sabit dll.  Aku nggak tau mereka pada mau kemana terus mau ngapain. Aku tanya ke bapakku katanya mereka mau kerja bakti bersihin ma benerin  selokan di sepanjang depan rumah yang ada di pinggir jalan. Kata bapakku supaya air selokan dapat mengalir ke kali di seberang utara rumahku, makanya bapak- bapak kampungku lagi sibuk benerin selokan.

Karena rumahku di pinggir jalan untuk lewat kendaraan umum dan di depan rumahku itu ada selokan makannya depan rumahku di penuhi para bapak- bapak kerja bakti. Entah apa yang di lakukan bapak- bapak itu buat benerin selokan aku cuma nonton lewat jendela rumah sambil sarapan. Ada yang menggali lubang selokan, ada yang angkat- angkat pasir, ada yang angkat- angkat bata ada juga yang nyapu jalan.

Udah selesai makan aku mandi soalnya mau pergi ngerjain tugas ke rumah temen. Pas mau berangkat ke rumah temen ada kejadian miris yang ku lihat di depan rumah yaitu pohon srikayaku yang ada di depan rumah di tebang sama bapak- bapak yang kerja bakti. Aku sempet sedih karena pohon srikaya itu satu- satunya pohon ku miliki yang bisa hasilin buah, maklum rumahku itu nggak ada halamannya jadi pohon srikayaku itu berdiri kokoh di pinggir jalan depan rumah. Aku sedih kenapa pohon srikaya ku itu harus di tebang padahal usia pohon itu lebih tua dari usiaku, karena sudah sejak aku  lahir pohon itu berdiri kokoh di pinggur jalan depan rumah. Karena pohon srikaya ku itu kalau berbuah bukan cuma keluargaku yang panen tapi tetangga- tetangga juga boleh ambil, Aku tanya sama bapakku kenapa pohonnya harus di tebang, kata bapakku " kalau seharusnya di pinggir jalan itu nggak boleh ada pohon yg bisa halangin kendaraan lewat''  Terus aku bilang ke bapakku lho kenapa nggak boleh ada pohon di pimggir jalan padahal pohon itukan buat teduhin rumah karena kalau siang rumahku itu panas banget terus kan buat nyerap karbondioksida yang bisa ngurangi polusi udara. Kata bapakku ya sudahlah nurut aja ma bapak- bapak yang kerja bakti biar nggak bikin ribut ntar kalau pengen makan srikaya tinggal beli di pasar aja juga bisakan. Dalam hatiku berkata nggak masalah kalau mau pengen makan beli aja tapi riwayat pohon srikayaku yang selama ini nemenin aku buat panjatan cari buahnya itu kenangan yang sulit di lupakan.

0 komentar :

Posting Komentar